Sabtu, 22 Mei 2010

Trinitas yang Esa

Fajar Yehuda
22 Mei 2010
Judul Artikel: TRINITAS YANG ESA


Banyak ajaran-ajaran yang menggugat, mempertanyakan bahkan menolak istilah Trinitas/Tritunggal tetapi pada intinya ajaran-ajaran itu menolak untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan Yang Mahakuasa. Banyak sekali artikel yang membahas topik ini secara detail tapi saya mencoba untuk memberikan pemahaman yang sesederhana mungkin. Kita akan melihat beberapa aspek dasar dari apa yang dikatakan Alkitab mengenai Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus. Allah yang Esa dinyatakan sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus, kesemuanya adalah Allah tetapi setiap Oknum/Pribadi dibedakan tersendiri.

Istilah ‘Trinitas’ ini akhirnya dirumuskan pada Konsili Nicea tahun 325 M. Istilah Trinitas dicetuskan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk melawan doktrin-doktin bidat Gnostik yang mengajarkan bahwa Yesus tidak setara dengan Allah. Penting untuk disadari bahwa ungkapan seperti “Trinitas dalam keesaan”, pertama-tama bukanlah ungkapan bersifat filsafat ataupun metafisis. Itu adalah ungkapan yang didasarkan pada penyataan historis. Orang terpaksa merumuskan doktrin tentang Trinitas, sebab kenyataan-kenyataan ini sejarah ini tak dapat dijelaskan dengan cara lain manapun juga.

Sebelum konsili itu diadakan, ada seorang penatua gereja di Alexandria yang bernama Arius yang terpengaruh ajaran Gnostik dan Neo Platonis kemudian menolak ajaran bahwa Yesus adalah Tuhan yang diajarkan gereja tradisional (jemaat mula-mula). Ia mengemukakan bahwa Yesus itu ciptaan dan lebih rendah dari Tuhan. Ide Arius memang mendapat simpati beberapa orang, dan ajaran itu kemudian dikenal sebagai Arianisme, namun uskup Alexander di situ membantah pandangan Arius dan diteruskan oleh penatua lainnya yang kemudian menggantikannya sebagai uskup yaitu Athanasius.

Kita harus jeli untuk menangkal setiap ajaran sesat yang pengajarannya menentang keilaihan Yesus, kesaksian para saksi mata yaitu para rasul Kristus adalah satu-satunya patokan dasar yang sangat otentik dalam kita memahami karya keselamatan yang Allah telah nyatakan melalui Yesus Kristus. Bagaimana mungkin saya dapat mempercayai ajaran-ajaran yang tidak berakar dari ajaran kekeristenan perdana dalam memperoleh pengertian yang benar mengenai pribadi Yesus. Perjanjian Baru adalah satu-satunya sumber yang sahih bagi setiap orang untuk memahami dengan baik siapakah Yesus orang Nazaret.

Dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
(Ulangan 6: 4)


Allah bersifat jamak, tetapi Ia juga bersifat tunggal (satu). Kata Ibrani untuk ‘satu’ yang digunakan di sini dan berlaku bagi Allah adalah echad. Kata ini menunjukan kesatuan dengan elemen-elemen komponen. Dalam Kejadian 2: 24, kata yang sama, echad, digunakan lagi: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu [echad] daging.” Kata echad yang digunakan disini bukanlah kata untuk kesatuan yang mutlak tidak dapat dibagi, yaitu yachid. Kata Ibrani yang digunakan dalam ayat ini, echad, berlaku juga bagi pernikahan. Ini menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari dua pribadi yang berbeda dipersatukan. Namun, dalam pemwahyuan Allah yang alkitabiah, bukan dua, melainkan tiga Pribadi yang menghasilkan kesatuan (Esa), yaitu kesatuan di mana juga ada kemajemukan.

Jadi, orang Kristen menyembah Tuhan yang Esa (monoteisme) bukan banyak tuhan (politeisme) dan pernikahan Kristen adalah pernikahan monogami bukan poligami. Pada masa jemaat mula-mula, orang-orang Yahudi menuduh kalau orang Kristen telah meninggalkan monoteisme karena menyembah Yesus sebagai Tuhan.

Allah yang Esa adalah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Mereka adalah satu [echad] tetiap setiap Oknumnya adalah berbeda. Saya berprinsip bahwa istilah Trinitas memiliki makna yang identik dengan kata Ibrani ‘Echad’ untuk mewakili kesatuan yang memiliki sifat kemajemukan dalam diri Allah, jadi sesungguhnya tidak ada hal yang penting untuk memperdebatkan ataupun alasan-alasan yang mendasar untuk menolak istilah Trinitas.

Kita harus ingat bahwa Allah jauh di atas dan berada di luar jangkauan pikiran manusia. Kalau kita dapat sepenuhnya mengerti Allah, itu berarti Ia bukanlah Allah dan tentu saja Allah seperti itu bukanlah Allah yang dinyatakan oleh Alkitab kepada kita. Apa yang kita tahu tentang Allah hanyalah apa yang diberitahukan-Nya kepada kita mengenai diri-Nya.

Alkitab (PL dan PB) dengan jelas menyatakan bahwa Allah adalah Esa. Bapa adalah Allah, Yesus Kristus adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah bukan berarti kita menyembah tiga Allah tetapi yang benar adalah satu Allah yang berpusat pada tiga Oknum/Pribadi.

==========================================================
==========================================================

I. BAPA

Dalam Perjanjian Lama (PL), Yahweh dipanggil Bapa oleh bangsa Israel sebagai Allah mereka. Yesaya 63: 16, kita membaca, “Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN [Yahweh], Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah “Penebus kami” sejak dahulu kala.” Kita telah memahami bahwa Yahweh dipanggil Bapa oleh para nabi dan bangsa Israel pada zaman PL. Dalam Mazmur 81: 11, Allah berfirman: “Akulah TUHAN [Yahweh], Allahmu yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir:…”, Yahweh adalah Allah yang menuntun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan Dia dipanggil “Bapa”. Dalam Yesaya 64: 8, kita akhirnya mengetahui dengan pasti bahwa Bapa adalah Sang Pencipta. “Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.”

Bapa adalah Allah, dan Dia memiliki hak untuk menghapus dosa. Dalam Yesaya 44: 22 yang berjudul TUHAN [Yahweh] Penebus Israel, Allah berfirman, “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup.”

Sebutan “Bapa” memperlihatkan macam hubungan yang harus ada antara Allah dan manusia. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan garis keturunan secara darah daging. Jadi sebutan “Bapa” tidak ada kaitannya sama sekali dengan kawin mengawinkan. Orang Kristen percaya bahwa Allah yang Esa itu Trinitas. Apabila suatu penamaan diperlukan untuk membedakan Yesus dan Roh Kudus dan Oknum satu lagi dalam Trinitas, orang Kristen memakai sebutan “Bapa”, yang sudah dipakai oleh Yesus sendiri sebagai sebutan khusus bagi Oknum pertama.


II. YESUS KRISTUS

Sebelum datang ke dalam dunia Yesus Kristus adalah Firman Allah yang hidup (Yoh.1:1). Dalam Yesaya 55: 11, Allah berkata, “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan ia akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Yesus Kristus adalah sang Firman, Dialah yang melaksanakan kehendak Bapa. Pernyataan dalam Yesaya 55: 11 sangat lah identik dengan pengakuan dari sang Firman itu sendiri, dalam Yohanes 8: 42 kita membaca, “Kata Yesus [sang Firman] kepada mereka [orang Yahudi]: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku…’” Yesus Kristus adalah Sang Firman yang bertugas melaksanakan kehendak Bapa dan Dia juga memiliki otoritas seperti halnya Bapa. Dalam Kejadian pasal 1, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan langit dan bumi melalui firman-Nya. Dalam Yohanes 1: 2 dinyatakan bahwa “segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”

“Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita,...”(Yoh.1: 14), Sang Firman telah datang ke dalam dunia menjadi manusia, hal ini sesungguhnya adalah penggenapan nubuat yang telah di nyatakan Allah melalui nabi Yesaya. Dalam Yesaya 9: 5, kita membaca “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Yesus Kristus adalah Oknum kedua dari Trinitas dan Dialah yang melaksanakan kehendak Bapa. Dia datang ke dalam dunia untuk melaksanakan misi ilahi yang adalah untuk menebus dosa-dosa seluruh umat manusia. Melalui Yesus Kristus, Allah dengan bebas dapat mengampuni dosa-dosa setiap orang yang percaya pada Yesus.

Yesus Kristus digambarkan bukan hanya tanpa dosa [kudus/suci] (Lukas 1: 35), tapi Dia juga memiliki kuasa untuk mengampuni dosa manusia seperti halnya Allah (Lukas 5: 20). Arti dosa pertama-tama adalah pelanggaran terhadap Allah, dan karena itu jelas bahwa hanya pihak yang dilanggar lah yang dapat mengampuni pelanggar. Justru mengampuni dosa adalah mutlak hak Allah sendiri saja jadi tidaklah mengherankan bahwa waktu Yesus menyembukan seseorang yang lumpuh dengan mengatakan, “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni” (Markus 2: 5), orang-orang yang mendengarnya bertanya, “Siapakah orang ini?”

Dalam Yohanes 10: 33, kita dapat mengerti bahwa alasan mengapa orang-orang Yahudi ingin merajam Yesus adalah karena Dia menyatakan bahwa diri-Nya adalah sama dengan Allah. Orang-orang Yahudi itu berkata kepada Yesus, “..Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Reaksi orang-orang Yahudi ini timbul karena Yesus berkata kepada mereka, “Aku dan Bapa adalah satu.”

Yesus juga sering mengidentikan diri-Nya dengan sebutan ‘Anak Allah’. Sekali lagi yang perlu kita camkan adalah sebutan “Anak” bukan berarti ‘beranak’ dan juga bukan berarti Dia adalah allah kelas dua yang tidak setara dengan Allah Bapa. Sudah cukup dikatakan untuk membuatnya jelas, bahwa walaupun Yesus adalah Allah, namun Dia bukanlah Oknum yang sama dengan Allah Bapa. Ada perbedaan kepribadian dalam keilahian itu. Tapi bagaimanakah perbedaan ini diungkapkan dalam bahasa dan pikiran manusia? Allah selalu menyatakan diri-Nya kepada manusia dalam cara-cara yang tidak asing bagi kita dan dapat kita mengerti. Jadi, hubungan pribadi dalam keilahian itu harus diungkapkan dengan memakai pengertian hubungan (emosional) secara manusia yang paling dekat.

Ada hubungan timbal balik dan hubungan kasih antara Allah dan Yesus yang paling dapat dimengerti oleh manusia sebagai hubungan Bapa-Anak. Dapat dikatakan bahwa Yesus senantiasa dikirim Bapa, untuk melaksanakan kehendak Bapa, dikasihi Bapa, dan takluk kepada Bapa. Kepribadian hampir tak dapat dikatakan ada dalam suatu kevakuman. Kepribadian selalu mencakup hubungan dengan kepribadian-kepribadian lain. Kalau dikatakan bahwa Allah adalah Oknum, atau bahwa Ia adalah kasih, tentulah ini berarti bahwa ada hubungan timbal balik “di dalam Allah”.


III. ROH KUDUS

Roh Kudus adalah Allah tetapi Ia adalah Oknum yang berbeda dari Bapa dan Firman (Yesus). Roh Kudus bukanlah sekedar kuasa yang abstrak atau samar-samar dari dalam diri Allah, Ia tidak bersifat pasif tetapi Ia adalah perantara yang melakukan kehendak Bapa dan Firman di alam semesta. Dalam Yesaya 63: 10, dinyatakan bahwa Roh Kudus dapat disakiti oleh dosa-dosa manusia. “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya,…” Hal ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah. Bukankah kita semua tahu bahwa dosa adalah sikap pemberontakan terhadap Allah? Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus disebut juga sebagai Roh Allah, Roh TUHAN atau Roh. Dalam Yesaya 40: 13, Roh Kudus dinyatakan sebagai Yang mahatahu: “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” Bahkan dalam Kejadian 1: 2, dinyatakan bahwa Roh Kudus adalah Sang Pencipta, bersama-sama dengan Bapa dan Firman: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang diatas permukaan air.” Dalam Alkitab terjemahan King James Version (KJV), kata kerja untuk “melayang-layang” adalah “moved”. Kata kerja “moved” dalam kamus OXFORD memiliki arti “bertindak” (to take action) atau “melakukan sesuatu” (to do something). Roh Kudus ikut berperan serta dalam penciptaan langit dan bumi. Dialah Yang Mahakuasa.

Dalam PB, Yesus menyatakan bahwa Allah itu Roh (Yoh. 4: 24). Dalam Mrk. 3: 29 dan Mat. 12: 31-32, Sang Firman (Yesus) menyatakan bahwa hujat terhadap Roh Kudus adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Di sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa Yesus dan Roh Kudus adalah Oknum yang berbeda. Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus biasanya juga disebut sebagai Roh Kebenaran atau Roh Kristus.

Inilah beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh Roh Kudus: Dia berbicara (Kis.8; 29; 13: 2; 1 Tim 4:1); Dia mengajar (Yoh. 14: 26); Dia tinggal bersama orang-orang percaya (Yoh. 14: 16-17); Dia akan memenuhi orang-orang percaya (Kis. 2: 4; Ef. 5:8); Dia membimbing orang-orang percaya (Gal. 5: 18); Dia menyelidiki segala sesuatu (1 Kor. 2: 10) dan Dia diutus Bapa dalam nama Yesus Kristus (Yoh. 14: 26).Dalam Roma 8: 26-27, Roh Kudus membantu orang-orang percaya dalam doa kepada Allah.

Dalam 1 Korintus 2: 10-11, rasul Paulus berkata “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan diantara manusia yang tahu,apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pula tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat dalam diri Allah selain Roh Allah.”


PENUTUP

Bapa, Anak (Yesus) dan Roh Kudus, mereka adalah Allah yang Esa. Dalam Kejadian pasal 1 kita telah mengatahui bahwa langit dan bumi diciptakan oleh Allah Trinitas. Ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi maka Bapa, Yesus dan Roh Kudus akan diam di dalam hati nya dan sesungguhnya orang itu menjadi ciptaan yang baru. Bapa akan berjalan di depannya sebagai perisai yang teguh, Yesus (Sang Firman) akan menyucikan dirinya dari segala dosa dan Roh Kudus akan membimbingnya untuk tetap hidup dalam kebenaran dan kasih sampai selama-lamanya.

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesunggunya yang baru sudah datang.”
(2 Korintus 5: 17)